Hobi traveling tidak selalu harus terkait dengan tempat-tempat yang indah yang memukau mata. Namun bisa juga tempat sederhana dengan pemandangan alam yang seadanya tetapi dengan keunikan masyarakat setempat. Atau bagi anda yang pecinta kuliner, hobi travelling tidak akan terlepas dari kegiatan berkunjung ke rumah makan setempat yang terkenal dan mencicipi makanannya.
Saya sudah sering ke kota Medan, dan saya belum pernah bercerita mengenai kota ini. Lagi-lagi bukan karena saya tidak menikmati kunjungan saya ke kota itu namun lebih karena saya tidak tahu apa yang hendak saya ceritakan. Jarak tempuh kota Medan dari Jakarta dengan pesawat adalah 2 jam lebih dikit. Jika kita berangkat jam 6 pagi dari Jakarta maka kita akan tiba pada pukul 8 lewat. Bandara Polonia tidak terlalu besar, sempit dan sesak. Saya sering tidak kebagian trolly disini, karena trolley untuk membawa barang tersebut sudah terlebih dahulu dikuasai oleh petugas atau jasa angkat barang. Jumlah mereka sangat banyak. Mereka terlihat rapi karena menggunakan pakaian seragam. Namun mereka akan berebutan dan tak kenal lelah menawarkan jasanya untuk mengambilkan barang bagasi anda.
Saya tidak pernah menggunakan jasa mereka, dan sejauh ini saya tidak menemukan masalah yang berarti. Ketika keluar meninggalkan ruang kedatangan, kadang ada petugas yang memeriksa bagasi saya (mencocokan nomor bagasi), namun sering juga saya lewat tanpa diperiksa. Hal yang sama juga terjadi di Bandara Soekarno Hatta. Hal ini cukup memberikan kita pelajaran agar mata kita harus waspada dengan barang yang kita bawa.
Sekeluar dari Ruang Kedatangan, anda bisa langsung menuju meja pemesanan taksi disebelah kanan. Harganya sudah harga pas. Taksinya cukup dipercaya, jadi anda tidak perlu khawatir. Di Medan, Blue Bird belum ada. Sedangkan Express sekarang sudah ada, tetapi jumlah unitnya masih sangat terbatas. Dua minggu lalu ketika saya ke Medan, saya naik taksi Express dari Hotel ke Merdeka Walk untuk makan malam. Dari supir taksi Express, saya memperoleh informasi kalau dalam hitungan bulan, Bluebird akan segera beroperasi di Medan. Dengan taksi Express, anda bisa mengaktifkan argo taksi, namun untuk jarak dekat, umumnya mereka tidak mau. Mereka masih akan mematok harga untuk anda minimum untuk anda, yaitu harga 25 ribu. Untuk taksi lain, anda harus tawar menawar dulu sebelum masuk ke dalam taksi. Karena jika tidak, bisa saja anda berakhir berantam dengan Supir taksi ketika turun. Harga taksi di Medan menurut saya cukup mahal. Untuk jarak dekat (non argo) saya bisa membayar 25 ribu atau 30 ribu. Becak relatif masih lebih murah, namun anda tetap harus menawar. Tetapi jika Bluebird benaran jadi beroperasi di Medan maka anda boleh lega. Jika anda lagi di kota Medan, mungkin nomor taksi Express ini bisa bermanfaat untuk anda: 061-455-2211.
Ketika saya di Medan saya suka makan di Daerah Merdeka Walk. Disini adalah pusat makanan. Hampir seluruh makanan yang anda inginkan ada disini. Makan pada malam hari di Merdeka Walk mengingatkan saya dengan suasana di KL atau di Singapura. Benar, kadang saya makan disana serasa tidak di Indonesia. Apalagi ketika malam minggu. Banyak cina- medan yang makan disini. Mungkin itulah yang membuat rasanya ketika makan disana serasa di Singapura. Karena jumlah kulit putih dan bermata sipit lebih banyak dari pada pengunjung yang berkulit berwarna. Saya sendiri suka makan di restoran Nelayan. Dimsum-nya sangat enak menurut saya.
Anda bisa pesan dimsum ayam, kepiting, udang, atau bisa lumpianya juga enak. Setelah kenyang makan dimsum, anda bisa melanjutkan jalan-jalan melihat kota tua di kesawan. Sebelumnya anda bisa melihat bangunan megah London Sumatra, dan terus melanjutkan perjalanan anda seakan dibawa ke zaman dulu. Lagi-lagi anda merasa di daerah yang belum pernah anda kunjungi. Disebelah kanan jalan anda akan menemukan restaurant bersejarah, yang sudah ada di zaman penjajahan belanda dulu, yaitu TipTop restoran. Bangunan dan desain interior restauran membuat kita berhayal hidup di tahun 1940an. Di dinding restoran dipajang foto-foto menir-menir belanda dulu. Di restoran ini anda bisa berfantasi kalau anda adalah menir-menir belanda dengan kekuasaan yang tidak terkalahkan tengah menikmati liburan anda dengan menir-menir ganteng dan cantik lainnya. Di zaman dulu mungkin anda tidak akan bisa duduk dan menikmati hidangan lezat seperti pada zaman sekarang.
Salah satu keunggulan restoran ini adalah pada Ice Creamnya. Ice cream yang dijual memiliki variasi dan rasa yang beragam. Harganyapun juga tidak terlalu mahal menurut saya. Mereka juga menjual makanan lain, kalau ngga salah ada steak, nasi goreng, dan lain-lain. Saya sendiri baru menginjakan kaki tiga kali direstoran ini. Dan saya membayangkan kalau saya adalah seorang nyonya belanda yang tengah bersantai di negara tropis sambil menikmati Ice Cream lezat. Setelah puas menikmati Ice Cream, anda bisa kembali melanjutkan perjalanan menyusuri nuansa kota tua dan melihat rumah salah satu cina terkaya di Medan Zaman dulu, yang bernama Tjong A Fie. Tjong A Fie ini adalah salah seorang penyumbang terbesar untuk pembangunan Mesjid Raya Medan (menurut teman saya, perlu di crosscheck lagi).
Jika anda tertarik dengan wisata kota tua, ini adalah tempat-tempat yang musti anda kunjungi selain yang disebutkan diatas: Gedung balai kota lama, Titi Gantung (sebuah jembatan diatas rel kereta api yang terlihat kusam), kantor pos Medan, dan ada salah satu hotel yang saya lupa namanya. Kota medan adalah kota nomor 4 terbesar di Indonesia. Kota ini juga terkenal dengan kmapung keling dan merupakan daerah wisata tujuan kuliner di Indonesia. Setelah ini saya juga akan bercerita mengenai objek wisata lain di luar kota medan, yaitu di pulau Samosir. To be continued.