Kebun impian


Saya hampir tidak pernah mendapatkan respons atas artikel yang saya tulis di blog ini.  Hal tersebut wajar menurut saya, karena blog ini lebih seperti buku corat coret pribadi saya. Hingga beberapa minggu yang lalu ada yang mengirimkan email ke inbox saya dan menanyakan kenapa tulisan mengenai pertanian dan berkebunnya sangat sedikit.  Padahal nama blog ini kan “rich farmer”? pada awalnya saya memang berkomitmen untuk menuliskan beberapa artikel mengani pertanian dan berkebun.  Artikel yang nantinya akan saya tulis berdasarkan pengalaman saya pribadi dan juga berdasarkan literatur yang saya baca.  Namun dikarenakan kesibukan, beberapa tanaman yang saya tanam gagal tumbuh.  Tanaman tersebut mati meranggas kekeringan karena sering saya tinggal.

Tetapi meskipun saya tidak begitu sukses, beberapa teman, dan orang-orang terdekat saya, malah jadi semangat berkebun dan mereka sukses menuai hasilnya.  Teman saya, kemarin menuliskan di blognya jikalau dia makan lezat dengan bahan-bahan yang dipetik langsung dari kebunnya.  Satu minggu yang lalu saya juga menjamu teman dengan memasak sayur yang dipanen sendiri (dari bibit yang saya kasih), cabe dan juga jeruk nipis yang fresh dan dipetik sendiri.  Memetik tanaman di kebun memberikan kepuasan tersendiri.

Kebun, seperti halnya anak kecil, hanya bisa tumbuh dengan baik dengan perawatan dan kasih sayang.  Jika anda tidak bisa berkomitmen untuk mengalokasikan waktu untuk kebun atau tanaman anda, maka besar kemungkinan anda akan gagal.  Saya sangat menyadari untuk masa sekarang, saya belum bisa mewujudkan cita-cita saya menjadi petani seutuhnya.  Namun kemanapun saya pergi, saya selalu berkunjung ke kebun dan daerah pegunungan.

Seperti, hari sabtu yang lalu ketika saya ke Bali, saya menyempatkan diri untuk berkunjung ke Kintamani.  Saya bepergian dengan satu orang teman, dan kita menginap pas di pinggir danau.  Pemandangan yang luar biasa.  Ketika saya bangun, mata saya langsung dimanjakan oleh pemandangan gunung yang luar biasa indah. Gunung dan danau tepat di depan mata. Saya dan teman saya segera mengambil kamera, dan kitapun sibuk berjalan kaki dipinggir danau dan mengabadikan kesibukan petani-petani yang tengah menyirami sayurannya.

Kita menginap disebuah penginapan yang lumayan nyaman. Penginapan tersebut dilengkapi oleh air panas, sehingga anda tetap dapat mandi di malam hari dan pagi hari terlepas dari cuaca dan hawa gunung yang dingin. Bulan Maret, Bali masih sepi dari turis, sehingga kita bisa manawar harga penginapan dari 300 ribu menjadi 250 ribu.

Saya berhayal untuk memiliki sebidang tanah disini, dan mewujudkan mimpi saya menjadi the real “rich farmer”.  Ternyata bukan hanya saya yang memiliki mimpi untuk memiliki kebun modern di tempat dengan pemandangan terbaik di dunia seperti halnya di Kintamani.  Ketika kita melanjutkan perjalanan dengan motor, saya melihat kebun sederhana, namun dikelola cukup modern.  Kebun yang berada tepat dipinggir danau dengan gunung batur membentang dengan gagah.  Sungguh luar biasa Indah.

Kata salah satu pekerja di Kebun tersebut,. Kebun itu dimiliki oleh orang dengan kewarganegaraan Belanda.  Dan tanaman tersebut ditanam secara organik.  Saya berharap saya juga akan memiliki kebun yang sama suatu hari nanti. Seperti kata Adidas “Impossible is Nothing”