Penginapan di Biak Papua


Setelah sekian lama tidak menginap di hotel Instia, kali ini saya mencoba kembali kesana. Petugas resepsionisnya mengenali saya dan bertanya kenapa saya tidak pernah datang lagi.

Iya. Belakangan saya lebih memilih menginap di hotel Irian. Tinggal di daerah terpencil, saya mengalami kesulitan mengakses Internet. Makanya ketika menginap di kota, saya akan selalu mencari hotel yang ada akses Internet gratisnya. Di Hotel Irian, selain dekat ke Bandara, mereka juga menyediakan akses internet 24 jam.  Hotel yang bagus dengan pemandangan pantai yang Indah.

Bagaimanapun dari segi harga, Instia memiliki keunggulan. Jikalau anda hanya transit kadang tentunya berfikir untuk mencari hotel yang sederhana saja. Dahulu untuk kamar Deluxe di Instia saya membayar sekitar 350 ribuan include tax.  Namun ternyata harga tersebut sudah naik. Sekarang untuk kamar deluxe saya membayar 400 ribu rupiah.  Dan parahnya jikalau kamar deluxe diisi berdua, mereka mencharge 100 ribu lebih mahal sehingga kamar deluxe menjadi 500,000.  Sementara di hotel Irian, kamar superior, dengan kondisi yang jauh lebih bagus dari pada kamar deluxenya Instia, saya hanya membayar 550,000 rupiah. Sementara untuk taksi dari Bandara ke hotel Instia, anda harus membayar 80 ribu satu kali jalan atau 160,000 rupiah pp.  Kesimpulannya, dengan membandingkan fasilitas yang ada, hotel Irian jauh lebih murah, value for money.

Adapun demikian, Instia masih mempertahankan keunikan yang membuat dia berbeda dari hotel lain.  Selain sarapan pagi, mereka menawarkan makan siang dan malam. Meskipun makanan tersebut sangat sederhana, tetapi bagi anda yang kelelelahan dan malas pergi keluar mencari makan maka hotel ini bisa menjadi pilihan. Di Sore hari mereka juga menyediakan tea and coffee plus snack seperti goreng pisang.  Di Instia, saya tidak merasa tinggal di hotel, ada perasaan seperti tinggal di rumah, penghuni kamar biasanya saling bertegur sapa, terutama ketika makan di ruang makan. Layanan mereka juga baik dan ramah.  Di belakang hotel anda bisa duduk dan menikmati semilir angin pantai.

April, 2013

Where to stay in Biak?


???????????????????????????????Where to stay in Biak? Di blog ini anda akan menemukan dua tulisan yang pernah saya tulis sebelumnya mengenai hotel di Biak: Hotel Intsia dan Hotel Nirmala Beach. Sekarang saya akan menuliskan sepenggal pengalaman menginap di hotel Aero Irian Hotel.

Belakangan ini saya suka menginap di hotel Aero Hotel Irian. Alasannya sederhana, karena bisa jalan kaki dari Airport.  Selain jarak yang dekat saya masih memiliki banyak alasan lainnya: 1) Internet wifi 24 jam bisa di akses dari kamar dan gratis. 2) Tempat yang bersih, nyaman, tenang, penuh dengan nyanyian burung dan lokasi yang  cukup hijau. 3) kolam renang dengan pemandangan ke laut. 4) Hotel bangunan kayu dengan desain keren dan suasana rileks, 5) kamar yang memiliki beranda pribadi dengan dua kursi untuk bersantai, 6) sarapan pagi yang enak, 7) pelayanan yang ramah.

kamar superior hotel irianTak sengaja, ternyata saya memberikan banyak penilain plus pada hotel ini.  Hal yang menarik perhatian saya lainnya adalah foto hitam putih yang dipajang di dalam kamar, yang meninggalkan kesan klasik dan unik.  Foto hitam putih Aero hotel Irian zaman dahulu.

Konon hotel ini dibangun di awal tahun 50an, dan dulunya bernama hotel KLM. Hotel milik perusahaan penerbangan Belanda, KLM.  Paska KLM, hotel ini terbengkalai, hingga akhirnya dibeli oleh anak perusahaan Garuda. Biaya menginap di hotel ini per malam di mulai dari harga 550 ribu rupiah.

Hotel Padaido di Biak Papua


Selama ini ketika saya menginap di Hotel Intsia di Biak, saya selalu mendapatkan kamar meski saya tidak pernah membooking sebelumnya. Tetapi kali ini saya tidak beruntung. Ketika saya tiba di hotel tersebut si mbak-nya bilang kalau hotel penuh. Tidak ada satu kamarpun yang tersisa untuk saya.  Saya minta rekomendasi hotel lain ke si mbak resepsionis dia menyarankan agar saya pergi ke Padaido hotel yang hanya beberapa langkah dari hotel Intsia.

Saya belum pernah mendengar nama hotel tersebut sebelumnya. Sayapun berjalan ke sana. Yang saya lihat hanya rumah bercat biru. Tetapi ketika saya masuk ke dalam saya terkesima karena saya menemukan kamar-kamar dengan pemandangan yang menghadap langsung ke laut, atau tepatnya dermaga dimana banyak kapal-kapal nelayan bersandar. Padaido hanya memiliki lima kamar yang semuanya menghadap ke laut, teras yang dibatasi dinding sehingga kita tidak akan terganggu oleh tetangga kamar sebelah. Ada juga kursi-kursi dan meja sehingga memungkinkan kita untuk bisa duduk diluar.  Kamar dilengkapi dengan AC, TV kecil, ukuran kamar mandi dan kamar cukup luas.  Biaya menginap permalam adalah 350.000 per malam.

Meski hanya hotel kecil, namun layanan mereka professional dan ramah.  Untuk sarapan pagi, ada kopi dan roti bakar.  Berbeda dengan banyak tempat dimana kopi langsung di campur dengan gula, penyajian kopi disini seperti penyajian kopi hotel bintang.  Didalam nampan akan ada cangkir, satu ceret kopi, sendok, gula sachet.  Kopinya enak, dan anda tidak akan mengeluh kalau kopi-nya kemanisan.

Intsia sudah menempati satu tempat di hati saya. Tapi Padaido juga berhasil memenangkan satu tempat juga di hati saya. Tidak seperti hotel Instia yang kamar dan tamunya cukup banyak, hotel Padaido sepi dan tenang. Tidak ada orang yang lalu lalang. Jikalau anda menginginkan tempat yang tenang, menghindar dari kesibukan kerja, melupakan kepenatan dan kegelisahan, dan memiliki budget yang sedang, maka Padaido hotel bisa menjadi alternatif pilihan anda.

Ternyata Padaido hotel lebih dari sekedar tempat akomodasi. Padaido Hotel melayani turis yang ingin snorkling atau diving di pulau Padaido. Ternyata Hotel Padaido dikenal dikalangan turis. Konon si pemilik hotel berbahasa inggris dengan lancar. Mereka juga menawarkan paket wisata memancing.  Saya sempat bertamu untuk sewa speedboat atau perahu motor untuk pergi ke pulau Padaido, tetapi jumlah biaya yang disebutkan diluar jangkauan saya. Mungkin saya hanya bisa mengagumi pulau padaido dari tulisan yang saya baca atau gambar-gambar yang saya lihat.  Tetapi bisa jika anda memiliki kemampuan, anda bisa datang menyaksikan sendiri keindahannya. Pulau padaido terdiri dari gabungan beberapa pulau kecil. Dimana disitu bisa ditemukan kapal karam yang merupakan bagian dari sejarah perang dunia ke 2.

Biak, 21/11/2012

Where to Stay in Jayapura Papua?


Sebelumnya saya pernah membuat ulasan mengenai pengalaman menginap di hotel Aston Jayapura, sekarang saya akan berbagi pengalaman mengenai menginap di hotel Amabel.

Secara umum, jikalau anda tanya saya lebih suka menginap di Hotel yang mana, saya akan menjawab kalau saya lebih suka Amabel. Alasannya, pertama, di Kamar Hotel tersedia TV kabel dan juga Internet (Internet 24 jam gratis).  Kamar cukup luas dan bersih.  Ada jendela (meski tidak bisa di buka). Pelayanan yang baik, dan ini yang paling menarik, hotel ini memiliki restoran dengan banyak pilihan menu dengan harga yang murah.

TV Kabel, Restoran, dan Internet, tiga alasan inilah yang membuat saya menyukai hotel ini.

Tetapi tentu hotel ini tidak bisa dibandingkan dengan ASTON atau Swissbell karena memang kelasnya berbeda. Harganya juga beda.  Hotel ini adalah bagi anda yang memiliki budget dibawah dua hotel yang saya sebutkan diatas , tetapi, saya yakin anda juga akan menikmati stay anda disini. Hotel ini terletak agak masuk ke dalam.  Bagaimanapun menurut teman saya yang pernah menginap disini juga bilang kalau hotel ini menyenangkan.  Lokasi hotel ini adalah di Jalan Apo Tugu, dibelakang hotel Ayu. Jikalau anda berada di Jayapura Papua, hotel disini bisa menjadi pilihan anda.

Penginapan di Biak Papua


Menginap di Biak- Papua, bagusnya dimana? Jikalau sebelumnya saya memberikan ulasan mengenai hotel Intsia, maka kali ini saya akan memberikan ulasan mengenai Nirmala Beach Hotel.

Jikalau Intsia berada tidak jauh dari Bandara, maka Hotel Nirmala berada cukup jauh.  Dari Bandara ke Kota dan masih terus lagi melewati daerah hutan yang cukup sepi.  Dan itulah yang membuat hotel ini menarik.  Hotel ini berlokasi tepat di pinggir pantai di bagian Biak barat, tenang- tentram.  Saya menginap disini dikarenakan rekomendasi dari seorang teman, dia bilang kalau dari hotel ini kita bisa melihat Sunset. Hanya saja ketika saya menginap disini cuaca lagi mendung jadi matahari tertutup awan.

Bagaimanapun, saya tetap bilang kalau Hotel dengan pantai terbaik di Biak adalah Hotel Nirmala Beach.  Hotel ini memiliki pantai pribadi meski tak terlalu luas.

Ketika saya berbicara pantai, anda jangan membayangkan pantai pasir putih seperti di Senggigi di  Lombok, dimana anda berlari-larian di kejar ombak.  Pantai di Hotel Nirmala, yang juga menjadi icon-nya Biak adalah pantai karang, dalam artian, jikalau anda pencinta snorkeling maka disinilah surganya.  Dari hotel ini anda hanya berjalan kaki beberapa langkah dan thereyou go, nyebur, dan anda akan menemukan berbagai jenis ikan cantik dan anda bisa bergabung dengan mereka untuk berenang dengan riang.

Untuk harga, saya menginap di kamar deluxe, langsung datang, harga yang saya dapat adalah 540,000.  Untuk superior/ standard harga berkisar dari 400an.  Tetapi jikalau anda booking dari website Agoda, anda bisa mendapatkan harga lebih murah.  Saya barusan periksa di website Agoda, harga 400an ditawarkan di harga 300an.

Jikalau anda naik taxi (mobil) ke sini dari Bandara biayanya adalah sekitar 100 ribu atau mungkin lebih sedikit.  Petugas di bandara bilang kalau ongkos ojek ke hotel Nirmala adalah 20,000. Saya lebihkan 10,000 saya bayar 30,000. Ketika kali ke dua, dari hotel ke kota saya membayar 20,000.  Dalam perjalanan pulang, ngobrol-ngobrol dengan tukang ojek, menurut dia saya membayar kemahalan, karena harga 10,000 dari kota ke hotel Nirmala beach sudah lebih dari pantas. Tukang ojke tersebut yang berkata jujur tersebut tetap saya beri 20,000, imbalan atas kejujurannya.

Kamar hotel saya ada bak mandi lengkap dengan air panas.  Hanya saja airnya sedikit bermasalah. Air berwarna kuning.  Air adalah permasalahan utama di biak.  Biak adalah pulau karang sehingga mendapatkan air tawar sangat susah.

Saya memiliki TV tetapi ketika saya nyalakan tidak ada siaran. Ada kulkas, dan kamar saya bersih dan luas. Yang paling keren, pemandangan dari kamar saya.  Luar biasa.  Dari jendela kamar saya, saya bisa melihat laut biru.  Jikalau saya penulis, mungkin saya sudah menghasilkan banyak karya. Bayangkan, saya memiliki semua hal yang diinginkan penulis.  Ketenangan, pemandangan luar biasa, dua modal ini lebih dari cukup untuk mendapatkan inspirasi dan menuliskannya. Sayang, saya bukan penulis.

Anda sudah pernah ke Biak, pernah menginap di hotel Nirmala juga, jangan segan untuk ikut  nimbrung. Tinggalkan pesan dan kesan anda. Dan tidak usah meninggalkan duit 🙂

Rf

Penginapan di Medan dan Aceh


Jika saya ditanya apa saja tempat yang pernah saya kunjungi, dimana hotel tempat saya menginap, dimana restoran tempat saya makan, maka saya tidak akan ingat.

Saya memiliki kelemahan dalam mengingat hal secara detail. Saya juga jarang menyimpan alamat dan nomor telfon. Kadang saya bisa mengingat nama restoran tersebut tetapi jika saya disuruh mengingat nama jelannya maka saya akan kesulitan. Seperti, jika saya berkunjung ke Lhokseumawe di Propinsi Aceh saya suka makan di Ayam Penyet pak Ulis. Ayamnya gurih dan enak, dan harganya juga relatif murah. Ketika saya berkunjung kesana saya ditemani oleh teman saya yang sudah sering mampir ke Aceh. Dan masalahnya baru muncul ketika saya berangkat sendiri, karena saya tidak bisa mengingat nama jalan, maka mobil rental yang saya tumpangi tidak bisa mengantarkan saya kesana. Akhirnya saya berakhir di rumah makan padang “Nanak” di jalan perdagangan Lhokseumawe. Tidak buruk juga, makanannya lumayan enak dan harganya juga murah.

Teman saya menasihati saya agar tidak lupa saya harus membiasakan mencatat. Dibawah ini adalah sedikit catatan yang mungkin bisa dipakai sebagai referensi.

– Jika anda kebetulan ke kota Medan, anda seharusnya tidak bingung memilih hotel. Hotel di medan sangat banyak. Saya sendiri sudah sering ke Medan dan  sudah pernah menginap baik di hotel murah (dibawah 150 ribu) maupun hotel mahal (diatas 500 ribuan).  Seperti yang saya jelaskan diatas saya tidak bisa mengingat lagi namanya. Saya hanya ingat kalau saya pernah menginap di hotel cherry pink seharga 180 ribuan (kalau tidak salah). Fasilitas yang saya dapat adalah kamar dengan tempat tidur ukuran king size, AC, kulkas, dan kamar mandi dengan bak mandi (kurannya cukup kecil). Hostelnya bersih dan dekat dari jalan raya. Di depan hotel di dekat meja resepsionis ada cafe kecil. Terakhir kunjungan saya ke medan minggu lalu saya menginap di hotel Grand Angkasa, saya mengambil kamar superior dan membayar seharga 495 ribu per malam. Kamarnya bagus, ada TV flat screen, AC, kamar mandi yang luas lengkap dengan bak mandi, ada akses internet gratis yang bisa diakses dari kamar, ada kulkas kecil, dan ketika sarapan pagi pilihan menunya juga beragam. Hal yang menarik lainnya, liftnya hanya bisa dimasuki oleh penghuni kamar saja. Privasi sangat terjaga. Hotel ini terletak di Jl. Sutomo no 1. No telfon 061-4555-888. Di hotel juga ada kolam renang dan tempat fitness.

– Jika berencana berkunjung ke Lhokseumawe Aceh, maka anda bisa menginap di Hotel Harun Square. Dibawah hotel ini terdapat Suzuya, mereka berada dalam satu gedung. Teman saya sudah pernah menginap disini, dan katanya hotelnya bagus. Harganya mulai dari 400an. Saya sendiri belum pernah menginap disana. Ketika kunjungan saya ke Aceh beberapa hari yang lalu saya menginap di Hotel Lila Wangsa. Alamat hotel ini adalah: Jl. Iskandar muda, telp 0645 41188. Harga kamar mulai dari 150 ribuan. Saya menginap di kamar deluxe seharga 250.000 per malam, ada koneksi Internet dengan menggunakan speedy, kecepatannya sangat bagus. Sarapan pagi sudah dijatah, biasanya diantar ke kamar dengan segelas teh manis. Yang menarik di hotel ini adalah tamannya. Meskipun kecil tetapi tamannya cukup menarik. Di sebelah Lila Wangsa ini juga ada penginapan lain. Namanya Vina Vira. Vina Vira juga memiliki koneksi Internet dengan Wifi. Harga kamar hampir saya dengan Lila Wangsa.

– Sedangkan kalau anda di Kota Langsa, anda bisa menginap di Hotel Kartika. Teman saya menyarankan saya untuk menginap di hotel Kartini, tetapi karena supir mobil yang saya sewa tidak tahu alamat hotel tersebut akhirnya kita menginap di Hotel Kartika. Hotel ini terletak di jl. ahmad yani no 214 Telp. 21727. Harga kamar hotel berkisar dari 170 sampai dengan 350 ribu.

Hotelnya bersih dan di lobby ada TV LCD berukuran 42 inch. Sarapan pagi disediakan oleh hotel. Ada kopi dan nasi gurih (sejenis nasi uduk). Pelayanan hotelnya bagus dan ramah. Hotel ini terletak tak jauh dari Pom Bensin dan juga ada mini market yang cukup lengkap.  Ada akses Interent gratis di lobby hotel.  Koneksinya lumayan kenceng.

-Jika anda sedang berada di Aceh Tamiang dan ingin makan siang atau makan malam dengan sahabat-sahabat anda. Anda bisa berkunjung ke Pondok Lesehan “Nirwana”. Bangunan restaurant ini cukup unik karena atapnya terbuat dari rumbia dan dinding terbuat dari bambu serta tonggak tiang penyangga terbuat dari pohon kelapa.Bangunan sederhana namun sangat menarik. Dengan menggunakan atap rumbia maka susana disiang hari tidak akan terasa panas, dan angin juga berhembus keluar masuk restoran karena desainnya yang terbuka. Jika ada ingin lesehan tersedia pondok-ponsok kecil yang bisa diisi oleh sekitar 6 orang. Menu makanan sangat banyak: mulai dari lele bakar, lele goreng, ayam penyet, berbagai macam masakan bebek, berbagai macam masakan ikan, bakso, mie ayam, dan banyak menu istemewa lainnya. Tetapi jika perut anda sudah terlalu lapar jangan mampir kesini, karena nunggunya agak lama. Harganya juga relatif murah dan terjangkau. Sebagai contoh harga ayam penyet adalah 9000. – Jika anda sedang berada di Banda Aceh, anda tidak perlu bingung mencari rumah makan.

Tempat makan di Banda Aceh sangat banyak dan beragam. Jika anda ingin makan Masakan padang ada restaurant bunda di dekat pante pirak -simpang lima. Tidak jauh dari situ juga ada Pizza Hut, KFC. Jika anda mencari masakan Mie Aceh, anda bisa mampir di Mie Rajali di Peunayong. Ada juga rumah makan kecil tetapi enak pondok Jumbo tidak jauh dari Mie Rajali. Jika anda mencari menu nasional (atau chinese food) maka anda bisa ke Imperial Kitchen. Bisa dibilang kalau imperial Kitchen adalah restoran yang paling sukses di Banda Aceh. Dari dulu hingga sekarang restoran tersebut selalu ramai dikunjungi oleh orang-orang “penting” dan “berduit” di Aceh. Memang rasanya enak dan hargarelatif terjangkau. Misal: capcay seafood seharga 27.500, sapi lada hitam seharga 33.000, 1 piring nasi putih seharga 5000 dan fresh juice seharga 10.000. Sedangkan jika anda mencari masakan Aceh anda bisa ke rumah makan Aceh spesifik, atau kalau rumah makan Aceh favorit saya adalah Rumah Makan Ujung Batee di dekat simpang jambo tape.

– Harga rental mobil di dalam kota di Banda Aceh diluar bensin berkisar 400-500 ribu, dengan supir. Sedangkan rental mobil luar kota dengan supir diluar bensin adalah berkisar 500-600 ribu rupiah.

– Jarak dari Bandara ke Kota sekitar 30-45 menit dengan taksi/ mobil. Harga taksi dari bandara ke kota adalah sekitar Rp 60-70 ribu.

Hanya itu yang bisa saya ingat saat ini, dan informasi lain terkait denagn biaya akomodasi dan transportasi berdasarkan pengalaman saya akan segera menyusul (jika saya tidak lupa).

Kerinci, Part 2: Tea plantation and Waterfalls


Mobil Travel yang sudah dipesan akhirnya datang juga pada pukul 12 siang, dan ternyata mobilnya masih kosong. Si supir dengan satu orang temannya terlihat sedang kesal. Sayang saya tidak bisa mengerti sepenuhnya apa yang mereka bicarakan.

Setelah saya masuk mobil dan duduk, mobil segera melaju untuk menjemput penumpang lainnya, akhirnya mobil tersebut penuh juga. Saya bukan satu-satunya penumpang yang kesal karena keterlambatan ini. Penumpang yg lain terlihat tidak kalah kesal. Agen travel meminta maaf kepada saya dan menjelaskan kalau sebelumnya mobilnya pecah ban, karena itulah dia jadi terlambat. 

Mobil yang saya tumpangi tidak dilengkapi dengan AC, sementara suhu udara Jambi pada siang itu sangat panas. Penumpang yang duduk dibelakang ada yang membawa ayam. Jadilah saya bermandikan keringat dan ditemani dengan suara ayam.

Setelah kurang lebih setengah jam, mobil tersebut kembali berhenti. Pak supir menjelaskan kepada kami penumpang kalau ada mobil temannya yang sedang rusak dan butuh bantuan. Dia harus segera kesana. Penumpang tentu saja tidak setuju. Salah satu penumpang dari kursi belakang berkata kalau Pak supir juga harus menolong penumpangnya dan dia butuh cepat sampai di Kerinci karena ada transaksi bisnis yang harus dikejar. Jika mobil tidak segera berangkat ke Kerinci dia bisa rugi jutaan. Mungkin si mba tersebut hanya bercanda. Namun cukup untuk membuat si supir berfikir ulang. Pak supir terlihat bimbang, namun akhirnya pergi juga. Dia pergi dengan sepeda motor pinjaman dan meninggalkan penumpang kepanasan di dalam mobil selama kurang lebih 30 menitan.

Meskipun kesal, karena ditinggal pergi oleh Supir, penumpang hanya bisa menunggu. Dan tidak bisa pindah ke kendaraan lain. Hal ini dikarena kendaraan umum yg berangkat dari bangko ke kerinci dipagi-siang hari hanya mobil travel ini. Jadi tidak akan ada kendaraan lain yang lewat. Jika perjalanan di malam hari maka pilihan bis dari Jambi ke Kerinci sangat banyak.

Disebelah saya, di kursi sebelah Supir, duduk si mas yang ngakunya putra asli Kerinci. Orangnya sopan dan berwawasan luas. Mobil travel juga diiringi oleh musik yang enak didengar sehingga perjalanan yang awalnya mengesalkan menjadi menyenangkan. Pada awalnya kondisi jalan cukup baik, tetapi setelah kurang lebih 3 jam perjalanan, jalanan berubah menjadi buruk. Selain sempit jalanan juga rusak. Ketika sudah hampir mendekati Kerinci kondisi jalanan lebih parah lagi karena ada perbaikan jalan dan tanah merah serta lubang ada dimana-mana. Si supir sangat sabar, terampil, dan juga berhati-hati. Melihat gaya mengemudinya, penumpang menjadi tenang. Di kursi belakang ada serombongan penumpang yang terus melucu, dia terus saja berceloteh menggoda pak supir dengan leluconnya. Banyak penumpang yg tertawa, dan si supir juga turut tertawa sambil sesekali turut menimpali guyonan serombongan mba-mba tersebut. Rombongan tersebut dikepalai oleh satu orang, yang tidak pernah kehabisan bahan guyonan.

???????????????????????????????Akhirnya jam 7 malam sampai juga di Sungai Penuh ibukota Kerinci. Saya menginap di s???????????????????????????????alah satu hotel sederhana dengan harga per malamnya 100 ribu. Ada 2 bed kecil, kamar mandi, namun tidak ada air panas. Disamping hotel tersebut banyak terdapat rumah makan/ restoran. Perempuan menginap sendirian di kota kecil sering dianggap aneh. Ketika saya memasuki hotel yang tidak terlalu besar tersebut, banyak mata yang melirik saya. Mereka pasti berfikir, kok si mba ini jalan sendirian dan menginap di hotel, memang dia hendak kemana dan dari mana? Saya melangkah tenang dan pasti, membiarkan orang mereka-reka sendiri.

Setelah mandi, sekitar pukul 8 malam, saya keluar hotel, dan makan di salah satu warung sate tidak jauh dari hotel. Rasa Sate di kerinci tidak jauh beda dengan sate Padang atau mungkin bisa dibilang persis sama dengan sate Padang. Ketika masuk ke warung sate tersebut kembali saya mendapatkan lirikan aneh penuh pertanyaan. Dengan santai saya memesan satu piring sate dan segelas air panas. Sambil menunggu saya melempar pandangan memperhatikan warung tersebut. Warung itu tidak terlalu ramai. Tak jauh dari meja saya ada 2 rombongan bapak-bapak yang sedang menyantap sate, ruangan dipenuhi oleh asap rokok. Satu meja lagi tidak jauh dari meja saya, ada serombongan keluarga, Ibu dan bapak, beserta 3 anak remaja yang terlihat rukun dan harmonis.

Setelah makan, saya kembali ke hotel, dan mencoba menghubungi beberapa teman. Saya belum tahu tempat bagus untuk dikunjungi. Terdengar sedikit gila bukan?. Tapi percayalah kadang hidup membutuhkan kegilaan dan juga ketidakpastian. ??????????????????????????????? ??????????????????????????????? ???????????????????????????????Mengunjungi objek wisata bukan tujuan utama saya. Bagi saya mengenal makanan setempat, mengamati orang yang berlalu lalang, mengobrol dengan pedagang asli di pasar sama menariknya dengan pergi ke tempat wisata. Akhirnya dari sekian banyak telfon, saya agak lega, karena salah seorang teman saya yang sedang bekerja di Padang akan menyusul saya ke Kerinci beserta dengan 3 orang temannya. Teman tersebut akan tiba sekitar pukul 3 sore, tgl 25 Desember di Kerinci. Sedangkan untuk paginya saya akan ditemani oleh salah seorang penduduk asli, mahasiswi semester akhir. Dia adalah teman dari temannya adek sepupu saya. Pagi sekitar jam 8, Feni datang ke Hotel. Setelah berdiskusi, kita akhirnya memutuskan untuk pergi ke Perkebunan Teh di Kayu Aro. Kayu aro adalah kecamatan di kabupaten Kerinci yang berbatasan dengan Sumatra Barat. Kebun teh disini dikelola oleh Perusahaan dan banyak produknya yang diekspor. Luasan kebun teh disini sekitar 3.500 Ha, dan tehnya sudah berumur 70 tahunan. Teh ini sudah ditanam sejak Zaman Belanda dulu.

Di Sungai penuh, suhu udara masih relatif panas tetapi  setelah  menempuh kurang lebih 30 menit perjalanan dengan Sepeda motor, saya mulai merasakan dingin dan tangan saya terasa beku. Akhirnya saya meminta Feni untuk menghentikan motornya disalah satu warung lontong pecel di pinggir jalan. Saya memesan teh kayu aro yang terkenal itu untuk menghangatkan badan. Teh Panaspun datang dan saya yang sudah kedinginan segera meneguknya. Teh segar itu menghangatkan badan saya. Perut saya mengirimkan sinyal tanda lapar. Saya belum sarapan pagi dan aroma kacang dari sambel pecelnya sangat tajam, yang pasti enak.  Sambil makan, saya melanjutkan mengobrol-ngobrol dengan Feni. Dia bercerita kalau dia seang menyelesaikan skripsinya. Dia kuliah disalah satu universitas di Jambi. Saya sedikit kaget namun kagum ketika dia bilang bahwa hobby-nya mendaki gunung dan sudah beberapa kali mendaki gunung Kerinci, dan beberapa gunung lainnya di Jambi. Saya sungguh takjub, dan melihat penampilannya, saya sempat tidak yakin. Dandanan Feni sangat feminin, dia rapi, bersih dan cantik. Sedikit berbeda dengan steorotip anak pencinta alam/ pendaki gunung pada umumnya.

IMG_0389   ??????????????????????????????? ???????????????????????????????Setelah perut kenyang, saya dan Feni kembali melanjutkan perjalanan.

Hanya hitungan beberapa menit dari warung tempat saya minum teh Kayu Aro tadi, saya dibuat terkagum-kagum oleh hamparan hijau didepan saya. Kebun teh yang membentang disisi kiri dan kanan jalan. Kebun teh tersebut tertata rapi dan berada diperbukitan. Keindahan yang tidak bisa dilukiskan. Pemandangan tersebut menjadi semakin menakjubkan dengan sekumpulan awan dan langit biru yang mengambang diatas perkebunan teh tersebut.Batas antara awan dan kebun teh sangat tipis. Berdiri disana bagaikan berada di negri diatas awan. Awalnya saya berniat berhenti untuk mengambil foto, namun kata Feni, tujuan utama kita adalah Air Terjun, Telun Berasap. Jadi sebaiknya foto-foto dan jalan-jalan ke Kebun teh pas perjalanan pulang saja. Saya setuju dengan ide Feni, sehingga kita kembali melanjutkan perjalanan. Feni menjelaskan bahwa air terjun tersebun terlihat seperti asap, yang mungkin karena itu namanya menjadi Telum Berasap. Air terjun tersebut biasanya selalu dihiasi pelangi. Sekitar kurang lebih pukul 11 kita sampai disana. Setelah membayar karcis masuk sebesar Rp 6.000 untuk berdua, kitapun masuk ke dalam. Tempatnya sangat menyenangkan, dikelilingi oleh taman nasional kerinci, pemandangan sungai,  hutan yang asri, dan tentunya udara sejuk segar. Setelah berjalan kaki kurang lebih 10 menit menuruni tangga, kami akhirnya tiba di air terjun tersebut. Air terjunnya besar, dan mungkin karena tekanan air yang tinggi, sehingga air yang jatuh kebawah berubah menjadi seperti asap yang bergerak perlahan naik keatas.

Sayangnya air berwarna coklat, hal ini dikarenakan hujan yang turun semalam dan juga tidak ada pelangi. Meskipun demikian, air terjuIMG_0391n ini tetap menarik. Saya tidak bisa membayangkan jika saya kesana ketika cuacanya cerah, dan air terjun tersebut dihiasai pelangi, indahnya akan menjadi sulit untuk dijelaskan. Konon, dibalik air terjun tersebut terdapat goa. Namun tidak ada yang bisa masuk kesana. Di lokasi air terjun juga tidak bisa mandi, mungkin karena tekanan air tadi. Tak jauh dari air terjun tersebut, terdapat air terjun lainnya. Ukurannya lebih kecil.  Di Kerinci ada banyak air terjun. Dan jika dihitung air terjun yang ada diperbukitan dan dipergunungan maka jumlahnya akan sangat pemandangan sawah menuju Kerincibanyak. Air terjun tersebut bahkan ada yang belum ditemukan, atau hanya didatangi oleh segelintir petualang dan penjelajah. Setelah kurang lebih 15 menit di air terjun, kita kembali melanjutkan perjalanan.

Feni menawarkan untuk melihat pemandangan di sekitar pintu rimba Gunung Tujuh, atau pintu rimba Gunung Kerinci. Saya memilih untuk ke Pintu Rimba Gunung Kerinci saja. Baru beberapa menit mengendarai motor, hujan turun dan sinar mentari menghilang. Hujan turun perlahan, awalnya cuma gerimis, namun akhirnya menjadi  lebat. Kami memutuskan untuk berhenti. Feni menawarkan untuk berhenti di warung bakso saja. Sekaligus makan siang. Jauh-jauh datang ke Kerinci kok malah makannya mie bakso?IMG_0436tapi mungkin karena dingin dan kami membutuhkan makanan yang panas. Tak Jauh dari warung bakso, ada tukang jual durian. Duriannya tidak banyak, lagian kerinci juga bukan daerah yang terkenal dengan duriannya, namun entah kenapa kaki saya melangkah mendekati tukang durian tersebut. Setelah tawar menawar saya mendapatkan durian kecil dengan harga Rp. 7000. Durian tersebut langsung dibuka di buka ditempat, dan dibawa ke warung bakso. Durian adalah menu makanan penutup setelah makan bakso. Cukup menyenangkan.