Be Confidence and You’ll have the World on Your hand


Percaya diri. Kata yang sering kita dengar. Kata yang sederhana namun sangat luas maknanya. Untuk beberapa orang mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi, bahkan cenderung berlebih, sedangkan beberapa orang lagi kepercayaan dirinya sangat kurang, bahkan tak jarang mereka mengalami krisis percaya diri. Pertanyaannya adalah anda berada pada kategori yang mana? Saya tidak akan meminta anda untuk mengisi kuis sehingga kemudian anda mengetahui skor tingkat kepercayaan diri anda, melainkan saya akan meminta anda untuk membayangkan orang seperti apakah anda? Apakah anda suka bertemu dengan orang baru? Apakah anda pede jika anda menghadiri suatu meeting dimana meeting tersebut dihadiri oleh orang-orang setingkat direktur sementara anda baru tingkatan pegawai rendahan.  Atau bisa juga di dalam suatu jamuan, para tamu berpakai rapi, bersih dan wangi sedangkan penampilan  anda sangat sederhana.  Mungkin juga anda menghadiri suatu forum, dimana forum tersebut menggunakan bahasa Inggris dan banyak orang yang hadir di forum tersebut berbahasa Inggris lancar, apakah anda akan bergabung dan melontarkan pendapat anda meskipun kemampuan bahasa Inggris anda terbatas? Atau apakah anda merasa percaya diri berada ditengah orang-orang kaya yang menggunakan pakaian dan tas bermerek? Bercerita mengenai liburan mereka ke Amerika dan ke Eropa atau bercerita mengenai pengalaman ketika bersekolah di Australia atau di Kanada, sementara anda sendiri tidak pernah meninggalkan tanah air kita tercinta ini? apakah anda akan masih akan tetap merasa percaya diri?

Ketahuilah bahwa banyak orang yang sukses memperoleh suatu pekerjaan adalah orang-orang yang memiliki kepercayaan diri diatas rata-rata. Tak jarang orang yang memiliki kepercayaan diri yang sangat berlebih ini ketika diminta untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu mereka tidak mampu mengerjakan namun lagi-lagi mereka memiliki alasan dan kepercayaan diri yang ditampilkan menyamarkan kelemahan yang dia miliki tersebut.

Sementara banyak orang-orang yang berkualifikasi tidak mendapatkan pekerjaan karena mereka kurang percaya diri. Mereka kurang yakin dengan kelebihan yang mereka miliki. Mereka selalu berfikir banyak orang lain lebih hebat dari mereka, sehingga mereka tidak berani ‘menjual’ keahlian diri yang mereka miliki. Baru-baru ini saya bertemu dengan satu orang yang mengaku mengenal pejabat di jajaran pemerintahan, atau dia mengenal beberapa orang penting. Dia menceritakan itu dengan perasaan bangga. Dengan menyebutkan nama-nama orang terkenal tersebut orang mendapatkan kesan kalau dia bukanlah orang sembarang. Hingga suatu saat saya bertemu dengan salah seorang dari nama yang dia sebutkan.

Menurut keterangannya, orang ini kenal baik dengannya. Maka bertanyalah saya kepada ‘orang penting’ ini mengenai kenalan baru saya tersebut. Namun jawaban orang tersebut sungguh diluar dugaan. Dia bilang dia tidak bisa mengingat kenalan saya ini.  Saya kemudian menjelaskan ciri-ciri orang tersebut, pendidikan, pengalaman kerja, dan juga hal yang bisa mengingatkan orang terkenal ini akan kenalan saya.  Saya juga menyebutkan nama suatu pertemuan dimana kenalan saya bertemu dengan orang terkenal tersebut.  Akhirnya dia bisa mengingat juga. Tetapi lagi-lagi penjelasannya membuat saya agak kaget, ternyata mereka pernah bertemu hanya satu kali, kenalan saya tersebut menghadiri suatu meeting, dimana ketika meeeting tersebut dia tidak banyak bicara, yang bicara adalah atasannya. Jadi wajar kalau bapak terkenal ini tidak bisa mengingat kenalan saya. Namun dia ingat atasan kenalan saya tersebut. Saya hanya tersenyum maklum. Cerita yang saya ceritakan adalah satu contoh, banyak saya menemukan contoh lain dimana orang yang ‘sepertinya’ memiliki kepercayaan diri yang tinggi kenyataannya tidak sperti hal yang mereka suarakan. Namun ini mungkin bukan contoh yang tepat untuk menggambarkan kepercayaan diri. Karena biasanya “percaya diri” selalu identik dengan konotasi positif. Namun benar, bahwa saya sudah bertemu dengan banyak orang yang ‘terlalu’ percaya pada dirinya. Dan saya juga bertemu dengan orang yang ‘tidak’ percaya dengan dirinya. Bisa jadi yang sedang-sedang lebih baik, tetapi yang pasti memiliki kepercayaan diri rendah tentu saja tidak baik.

Secara umum orang Indonesia suka merendah, sehingga didalam pergaulan Internasional kita terlihat sering ‘dibawah’ hal ini bukan karena kita tidak mampu, namun karena kita sering tidak menceritakan mengenai hal-hal yang ‘mampu’ kita kerjakan tadi. Kita percaya kalau tingkah laku itu lebih penting dari pada banyak bicara. Namun kadang kita juga perlu bicara. Kadang kita sudah melakukan banyak hal namun karena kita tidak pernah menyuarakan itu maka orang lain bisa mengklaim hasil kerja keras anda tersebut. Orang akan percaya karena anda sebagai saksi hidup yang sudah melakukan banyak hal tidak pernah bicara kepada orang lain mengenai hal besar yang anda lakukan. Masih mengenai kepercayaan diri, saya mengagumi salah seorang rekan kerja saya. Dia memiliki tingkat kapercayaan diri yang tinggi dan dia juga orang yang rendah hati. Dia tidak perlu banyak bicara untuk menunjukan kemampuannya ke orang lain. Namun kepercayaan diri tersebut sudah terpancar di wajah, di intonasi suara, dan juga dibahasa tubuhnya. Dia sangat nyaman menjadi dirinya sendiri. Dan hal tersebut membuat orang juga nyaman berada di dekatnya. Kepercayaan diri yang dia miliki juga suka ditularkan kepada orang lain. Jika anda berada didekatnya maka anda akan merasa ikut percaya diri juga. Di dalam hidupnya dia sudah mencapai banyak hal. Dan itu semua karena kerja kerasnya sendiri. Orang akan bilang kalau mungkin karena dia sudah mencapai banyak hal dalam hidupnya makanya dia percaya diri, namun saya yang mengenal dia cukup baik akan bilang kalau dia sukses adalah karena kepercayaan diri yang dia miliki. Dia sukses karena dia yakin dengan kemampuannya. Dia sukses karena dia akan tetap berusaha tetap masuk di saat semua orang lain melangkah mundur karena berfikir pintu tersebut sudah tertutup.

Untuk contoh pertama saya akan bilang kalau kenalan saya tersebut tidak percaya diri, dan dia menutupi ketidakpercayaan dirinya dengan meminjam nama-nama orang sukses yang pernah dia temui, atau mungkin dia memang percaya dengan dirinya sehingga dia berani dan bisa berbicara mengenai apapun. Tetapi kepercayaan diri yang patut dicontoh adalah kepercayaan diri rekan kerja saya yang kedua. Saya sendiri bukanlah orang yang percaya diri. Kritikan masa kecil yang sering saya terima ketika saya kecil dulu membuat saya tidak percaya dengan diri saya. Seakan semua yang saya lakukan salah. Karena dahulu begitulah pengalaman yang sering saya alami. Dan sekarang saya berusaha memperbaiki diri, dan saya banyak belajar dari rekan kantor saya tersebut.

Tell the world


Waktu sudah menunjukan pukul 11 malam, dan mata saya sudah mulai mengantuk. Namun saya masih ingin menulis satu dua patah kata sehubungan dengan cerpen baru saya. Kegemaran saya membaca membuat saya menjadi kritis dengan isi dari Novel atau buku yang saya baca. Namun ketika saya ditantang oleh seorang teman untuk mencoba mengarang sendiri sebelum mulai mengkritisi, saya menyanggupi. Saya bilang kenapa tidak, saya memiliki segudang ide di kepala yang hendak saya tulis.

Hari Jumat malam mulailah saya menulis. Saya sudah membayangkan cerita, tokoh, tema, dan juga settingan dari cerpen saya. Dari jam 10 malam saya pun mulai mengetik. Namun sungguh diluar dugaan, ketika pada pukul 2 malam saya masih belum menyelesaikan cerpen saya. Akhirnya pada pukul 3 pagi, saya merasa kalau tulisan saya sudah cukup baik, dan saya mengirimkan ke salah seorang teman. Saya menyelesaikan sekitar lima halaman cerita pendek, namun cerpen tersebut masih belum memiliki ending. Saya meminta teman saya tersebut untuk menyelesaikan akhir dari cerpen tersebut. Saya tidak membuat outline, semua yang saya tulis saya bayangkan dikepala saya. Mungkin hal tersebut yang menjadi kesalahan saya dalam menulis. Hari ini saya menerima tanggapan dari teman saya tersebut, menurut dia cerpen saya lumayan. Saya tersenyum ketika membaca balasan email dia. Tetapi pengalaman satu malam tersebut cukup untuk membuat saya menghargai apa yang sudah ditulis oleh pengarang. Dan juga apa yang sudah ditulis oleh pemiliki blog.

Saya kadang mengunjungi beberapa blog tetangga di wordpress atau di multiply. Terlepas dari gaya bahasa, saya menemukan banyak informasi berharga dari apa yang ditulis oleh penulis blog tersebut. Tidak berbeda dari saya, hampir semua pemilik blog memiliki tujuan mulia, yaitu, ingin berbagi informasi. Seandainya hal ini terus berlangsung, saya percaya bangsa Indonesia kedepan akan menjadi bangsa yang cerdas. Jika anda yang membaca blog ini namun belum memiliki blog, maka mulailah bikin dari sekarang.

Atau jika anda belum mau menulis maka membacalah. Dengan membaca kosa kata dan perbendaharaan kata anda akan lebih maju. Sehingga ketika anda sudah memutuskan untuk memulai menulis, segala sesuatunya akan menjadi lebih mudah. Menulislah dan biarkan dunia belajar dari pengalaman anda.

Kegagalan dan awal baru


It is not what happens to you but HOW you react to it that matters.

Secara tidak sengaja saya berbincang dengan salah seorang rekan kerja, yang juga merupakan teman yang cukup dekat (namun tidak terlalu dekat).  Sebelum saya membahas mengenai isi perbincangan saya dengan teman tadi, saya akan membahas sedikit mengenai istilah ‘teman’.

Saya merasa kalau saya tidak memiliki banyak teman. Bukan karena tidak ada orang yang mau berteman dengan saya, namun karena saya membatasi diri saya sendiri.  Saya suka menjauh ketika saya sudah mulai terlalu dekat dengan seseorang.  Saya tidak suka menghabiskan banyak waktu apalagi menginap di rumah teman. Sebaliknya, saya juga tidak suka jika teman menghabiskan banyak waktu atau menginap di rumah saya.  Saya menyukai kesendirian. Aneh memang.  Namun saya memiliki alasan saya sendiri. Waktu luang saya tidak banyak, setidaknya pada saat ini, jadi waktu yang tersisa ingin saya habiskan dengan mendengarkan musik serta membaca buku.

Saya adalah tipikal orang yang tidak akan kesulitan jika ditinggal sendiri hidup di hutan.  Karena saya sudah terbiasa hidup dalam kesendirian.  Saya adalah tipikal orang yang suka lupa dengan tanggal ulang tahun teman, bahkan saya sendiri juga sering lupa tanggal ulang tahun orang tua dan saudara saya.  Saya bukan orang yang akan langsung membalas sms, atau akan berlari-lari mengejar hp yang ketinggalan untuk menjawab panggilan seorang teman. Meskipun demikian, saya tidak akan pernah tega melihat teman saya kesusahan.  Saya akan membela mereka jika mereka disakiti, saya akan memberikan apa yang dia minta jika mereka membutuhkan.

Kadang saya berfikir kalau saya ini ‘aneh’, kenapa? Karena saya terlalu serius dan sibuk dengan fikiran saya. Namun sungguh diluar dugaan, ternyata ada orang yang melihat saya sebagai sosok yang ceria dan sosok yang optimis.

Saya sering mengalami kegagalan dalam hidup, dan hidup sering berjalan tidak seperti yang saya harapkan.  Anehnya saya tidak pernah bisa mengingat kapan saya pernah berhenti berjuang.  Terlepas banyak hal yang saya hadapi, terutama bergulat dengan fikiran negatif, saya selalu berusaha, dan yakin kalau suatu saat situasi akan berbeda.  Kalau saya akan bisa menggapai apa yang saya inginkan. Saya selalu mencari cara dan juga belajar dari buku serta pengalaman hidup orang lain. Saya selalu mencari alasan kenapa kita harus terus berusaha tanpa pernah menyerah.  Dan tanpa saya sadari, orang melihat hal tersebut dalam diri saya. Kalau saya adalah orang yang berfikiran positif.

Itu bukan kali pertama saya mendengar, sudah beberapa tahun terakhir saya sering mendengar. Tetapi benarkan saya selalu berfikiran positif? Tidak juga.  Saya hanya berusaha. Adakalanya ketika saya mempertanyakan “keoptimisan’ saya.  Sering saya ragu dengan begitu banyaknya hal buruk yang sudah terjadi.  Saking banyaknya, bahkan saya tidak bisa melihat hal yang indah yang terjadi dalam hidup saya. Tujuan hidup sayapun juga sudah berubah, kalau dulu saya mempunyai seribu mimpi, dimana saya hidup untuk mengejar mimpi tersebut, sekarang malah sebaliknya, saya menjalani hidup dengan membiarkan semua mimpi itu pergi. Melepaskan semua keinginan dan ambisi. Dan menjalani hidup dengan tenang.

Tenang? Benarkah? Mungkin, setidaknya saya tidak akan kecewa.  Meskipun demikian, saya menyalurkan kekuatan dan semua impian yang pernah saya rasakan ke orang lain. Saya berharap kalau orang-orang disekitar saya bisa sukses dalam hidupnya. Saya berharap agar bisa menginspirasi hidup mereka sehingga mereka mampu melakukan hal-hal yang besar.

Saya berharap kalau orang bisa sukses meraih mimpinya dan menjadi seperti yang dia inginkan. Saya berharap orang-orang disekitar saya merasa hidupnya bermakna, dan juga bisa memberikan makna bagi kehidupan orang lain. Dan baru hari ini, ketika saya menulis artikel ini, saya menyadari kalau mimpi saya ‘tidak’ benar-benar mati. Ternyata saya mempunyai mimpi baru. Yaitu, menjadi berguna dan memberikan inspirasi bagi orang lain untuk menggapai harapannya. Memotivasi orang untuk tidak menyerah dalam mencapai cita-cita.  Mengingatkan orang agar menjalani hidup dengan semangat dan tersenyum.  Ya, bukan mengenai hal apa yang pernah terjadi dalam hidupmu, namun bagaimana kamu menyikapinya.

Siti Nurbaya atau Malin Kundang


Apa yang terbayang oleh anda ketika mendengarkan kata Minang Kabau? fikiran anda akan segera membawa anda sebuah negri nan indah bak lukisan, panorama yang memukau, udara yang segar dan makanan yang menggelitik lidah anda. Sekarang kita jarang mendengar nama minang kabau, nama Minang Kabau sudah diganti dengan nama Sumatra Barat sebagai nama sebuah provinsi. Dan orang-orang dari provinsi Sumatra Barat ini sering disebut sebagai “orang padang”. Padahal Padang sendiri adalah nama ibu kota Sumatra Barat, sebutan yang benar untuk merujuk pada orangnya adalah ‘orang minang kabau’. Dulu terdapat istana pagaruyung yang wilayahnya meliputi Sumatra Barat sekarang dan wilayah sekitarnya. Kerajaan ini runtuh pada masa perang padri, dimana raja terakhirnya, Sultan Tangkal Alam Bagagar meninggal pada masa pembuangan pemerintah Hndia Belanda di Batavia pada tahun 1849.

Kerajaan Pagaruyung adalah kerajaan Melayu, yang berdiri sekitar abad 13, dan mendapat pengaruh Islam pada abad 14. Pengaruh Islam berkembang di abad 16, melalui musafir dan pedagang dari Aceh dan Melaka. Dan pada abad ke 17, kerajaan pagaruyung berubah menjadi kesultanan Islam. Sejak masuknya pengaruh Islam, ajaran adat yang bertentangan dengan ajaran islam mulai dihilangkan, dan hal-hal yang pokok dalam adat diganti dengan ajaran agama islam. Hal inilah yang menimbulkan perang Padri, perang saudara, yaitu perang antara kaum ulama dan kaum adat. Jika anda tertarik lebih banyak mengenai sejarah minang kabau anda bisa mencari buku sejarah minang kabau diperpustakaan atau bisa membaca di wikipedia. Sebagian yang saya tulis diatas diambil dari wikepedia.

Minangkabau juga terkenal karena sistem matrilinealnya, yaitu sistem kekerabatan yang mengikuti garis ibu. Dalam pembagian harta warisan menurut adat, harta akan jatuh kepada fihak perempuan, bukan laki-laki. Itulah salah satu alasan kenapa banyak kaum laki-laki minangkabau yang pergi merantau. Dikisahkan kalau perempuan minangkabau di zaman dahulu boleh memasuki ranah politik dan juga bisa menjadi pemimpin. Namun itu dulu, sekarang masyarakat Sumatra Barat tidak ubahnya dengan masyarakat patriarki lain di Indonesia. Tinggal dirumah gadang sudah tidak umum lagi. Rumah tangga dikepalai oleh suami, dan keluarga terdiri dari keluarga inti, bukan lagi extended family. Banyak generasi muda, terutama yang tinggal di daerah perkotaan, atau yang tinggal perantauan yang sudah tidak mengenali adat lagi. Kejayaan Pagaruyung di masa lalu hanya tinggal cerita. Bahkan cerita itupun sekarang sudah tidak dibaca dan terlupakan. Sama halnya dengan anak muda lainnya di Indonesia yang sudah melupakan sejarah bangsanya.

Hal yang tidak berubah mengenai Ranah Minang adalah pemandangan alamnya. Jika anda gemar jalan-jalan dan wisata kuliner maka Sumatra Barat adalah daerah wajib untuk anda kunjungi. Kota padang, yang menjadi Ibu Kota Sumatra Barat merupakan kota yang bersih, rapi dan indah. Seluruh gedung pemerintah memiliki gaya bangunan seperti rumah gadang, dengan atap khasnya. Perpaduan dari bangunan modern dengan warisan tradisi. Sungguh Indah. Namun sayang, banyak bangunan yang rusak paska gempa 2009 kemarin, sehingga jika anda berkunjung ke kota Padang tahun ini, maka anda tidak akan menemukan keindahan sebagai mana yang sudah disaksikan oleh parawisatawan yang berkunjung kesana sebelum terjadinya bencana. Anda dapat mengunjungi gunung padang, yang tak jauh dari jembatan Siti Nurbaya. Dengan trekking pendek, sekitar 40 menit anda akan sampai di puncak gunung Padang, dan anda bisa menyaksikan pemandangan yang memukau dari atas. Anda juga bisa mengunjungi kuburan seorang wanita, yang dikenal sebagai makan Siti Nurbaya. Selama anda trekking, jika anda beruntung, anda bisa menyaksikan monyet bergelantungan di pohon. Aktivitas trekking akan menjadi salah satu aktivitas yang menyenangkan. Selain gunung Padang, anda bisa naik kendaraan umum dari daerah Pasar Raya, menuju ke Pantai Air Manis. Anda pernah mendengar mengenai Malin Kundang? anda bisa menyaksikan bekas kapal yang menjadi bukti bahwa Malin Kundang dan kapalnya telah menjadi batu. Tetapi lagi-lagi, karena bencana alam, anda tidak akan bisa menyaksikannya secara utuh. Pantainya sendiri sangat indah. Anda juga bisa menyebrang ke sebuah pulau kecil, dan dari pulau tersebut anda bisa menyaksikan kapal-kapal berlayar menuju dan dari teluk bayur. Di bibir pantai banyak pedagang kecil yang menjual makanan, sate dan rujak padang, bisa dijadikan salah satu pilihan santapan selagi anda disana. Waktu yang tepat untuk berkunjung adalah ketika cuaca cerah, meskipun suhu agak panas, namun pemandangannya sungguh indah luar biasa.

To be continued

The ink of the scholar is more sacred than the blood of the martyr


Pena lebih tajam dari mata pedang. Saya percaya dengan pernyataan tersebut. Pena yang digunakan untuk menulis, atau mungkin di zaman sekarang orang menulis dengan komputer yang kemudian diterbitkan dalam bentuk artikel, buku, blog atau sekedar di tulis di buku diari. Ketika saya remaja dulu saya memiliki beberapa teman yang hobi mencurahkan perasaannya di buku diari. Dan beberapa kawan yang lain iseng berusaha mencuri dan mengintip apa yang ditulis di dalam buku diari tersebut. Biasanya tulisan yang ditulis tidak lebih dari keseharian cowok yang ditaksirnya. Saya sendiri pernah mencoba untuk memiliki diari, namun tidak berhasil. Saya tidak rajin dan disiplin.

Saya pernah membaca diari nyokap saya yang dia tulis ketika dia remaja. Nyokap saya juga senang korespondensi. Ketika SMA dia memiliki banyak sahabat yang tersebar di Nusantara. Pada waktu itu adalah akhir tahun 70an, dan pos masih sangat digemari. Membaca diari atau surat-suratnya tidak ubahnya seperti membaca karya sastra dalam novel-novel angkatan balai pustaka. Dan cerita yang ditulisnya tidak ubahnya seperti cerita di film-film tahun 70an dan 80an. Bakat seni nyokap sangat tinggi. Dari SD nyokap saya sudah senang membaca. Meskipun pada saat tersebut dia tinggal di daerah pedesaan, dan dengan infrastruktur yang sangat terbatas. Dia suka menyisihkan uang jajannya untuk membeli buku dan majalah. Dia senang menulis. Sayang keluarganya tidak mendukung bakatnya. Jika saja ada orang yang meyakinkannya kalau dia bisa menjadi penulis yang hebat maka dipastikan sekarang kita akan membaca karyanya yang inspiratif. Bakat tersebut sempat menulari saya ketika saya SD dan SMP. Saya menyukai pelajaran mengarang. Bahkan ketika SMP saya juga berlangganan majalah sahabat pena atau mendengarkan dan mencari sahabat pena lewat radio RRI. Saya memiliki beberapa sahabat pena. Saya punya teman dari madura dan dari kalimantan pada saat itu. Guru saya sering memuji hasil karangan saya. Tetapi ketika SMA, seluruh bakat menulis saya menghilang (termasuk koresponden). Demikian dengan hobi saya membaca. Semua lenyap bersamaan ketika saya menggantung peralatan melukis saya.

Sama mengira kalau saya sudah tidak bisa menulis lagi. Saya tidak tertarik untuk punya blog, bahkan ketika semua orang heboh membicarakan hal itu. Saya tidak pernah menduga kalau saya akan rajin mengisi blog saya dengan tulisan. Percayalah, saya mengalami kesulitan untuk menulis artikel yang pertama. Sekarang sedikit lebih baik, tetapi saya masih merasa kalau gaya bahasa saya kaku sehingga orang menjadi bosan dan ingin bunuh diri ketika membacanya.

Jumat sore yang lalu, saya berdiskusi dengan dua orang teman. Kita berbincang mengenai pengarang brilian di zaman lampau dan di zaman sekarang. Menurut teman saya pengarang yang bagus dan brilian, memang dari kecil sudah suka menulis. Mereka sudah terlahir jenius dan penuh dengan imaginasi. Mereka seakan hidup dialam fikirannya sendiri. Kadang ditengah keramaian mereka seakan menghilang dan masuk ke alam lain. Mereka sibuk dengan fikirannya. Otak mereka tidak pernah berhenti bekerja. Demikian dengan imaginasi dan ide-ide baru akan selalu bermunculan di kepalanya. Apakah dengan demikian orang yang tidak biasa membaca atau menulis ketika masa kecilnya tidak akan bisa menjadi penulis hebat? saya percaya dengan ucapan teman saya itu. Beberapa orang memang terlahir berbakat. Hal ini sudah pernah saya tulis pada postingan saya yang lalu, dan ada juga orang yang terlahir biasa, bukan jenius. Tetapi saya tidak akan berhenti hanya karena saya tidak terlahir sebagai penulis. Saya percaya dimana ada keinginan pasti ada jalan. Saya akan menulis, dan berharap tidak ada orang yang frustasi membacanya. Balik lagi mengenai menulis, berikut adalah tips menulis yang ditulis oleh Calvin Ong, Tips To be A good Writer.

Baca buku yang ditulis oleh penulis besar. Anda tidak akan tahu bagaimana melakukannya jika Anda tidak membaca tulisan yang bagus. Semua orang mulai dengan belajar dari “sang ahli” dan melalui mereka Anda akan menemukan gaya tulisan Anda sendiri. Bacalah sebanyak mungkin. Perhatikanlah gaya, mekanisme dan isi tulisan.

Rajin  Menulis. Cobalah untuk menulis setiap hari karena semakin sering Anda menulis tulisan anda akan lebih baik. Menulis adalah keahlian, Anda harus terus berlatih untuk memoles keahlian Anda. Menulislah untuk diri sendiri, atau menulis artikel, blog, dll.

Catatlah selalu ide-ide yang terlintas di fikiran Anda. Selalu bawa buku catatan kecil dan tuliskan ide-ide sebagai bahan tulisan Anda. Tuliskan sesuatu yang Anda dengar, yang menginspirasi, menggerakan atau membuat Anda merasa menyentuh. Ide-ide yang anda tulis akan mempermudah anda dalam menulis.

Jauhi Gangguan. Menulis tidak akan berjalan dengan baik jika ada kegaduhan atau suara berisik. Menulis paling baik dilakukan dalam suasana yang tenang atau dengan ditemani oleh suara alunan musik yang lembut. Matikan ponsel Anda, TV dan rapikan meja anda. Jauhi segala macam gangguan sehingga anda bisa bekerja tanpa interupsi.

Buat perencanaan sebelum memulai menulis. Sangat penting untuk membuat perencanaan mengenai apa yang akan ditulis sebelum anda duduk untuk menulis. Lakukan brainstorming, baru mulai menulis.

Eksperimen. Cobalah hal-hal baru. Sedikit mencuri dari orang lain. Kemudian bereksperimenlah dengan tema dan gaya anda. Selain itu, cobalah menggunakan kata-kata baru atau ciptakan kata yang baru.

Revisi. Banyak penulis tidak suka merevisi karena ini akan menjadi kerjaan tambahan padahal mereka sudah selesai menulis. namun jika Anda ingin menjadi penulis yang baik, Anda harus belajar keterampilan merevisi, periksalah kembali semua, seperti mencari kesalahan tata bahasa dan ejaan, kata-kata yang tidak perlu, dan kalimat membingungkan.

Belajar dari umpan balik. Carilah seseorang (orang-orang seperti penulis hebat atau editor) untuk membaca tulisan Anda. Mereka yang sudah banyak membaca dapat memberikan umpan balik yang jujur dan berharga. Cobalah untuk memahami dan menerima kritik tersebut dan memperbaiki tulisan Anda.

Bagi anda yang belum menulis, anda bisa mencobanya sekarang. Tidak pernah ada kata terlambat.

If there’s a book you really want to read but it hasn’t been written yet, then you must write it. ~Toni Morrison

Konsumen kritis: Donut dan Coca Cola gratis


Kita adalah konsumen. Kenapa kita disebut sebagai konsumen? karena kita pemakai barang dan jasa. Konsumen adalah raja. Sebagai raja sudah sepatutnya kita dilayani dengan baik. Dan juga sudah menjadi kewajiban produsen dan pedagang untuk memenuhi hak-hak konsumen seperti kita. Namun bagaimana jika konsumen tidak tahu haknya sebagai konsumen? bagaimana jika konsumen tidak kritis ketika hak-nya dilanggar? Penting bagi konsumen untuk bersikap kritis. Jangan menjadi konsumen yang pasif. Carilah informasi sebanyak-banyaknya, dan rajinlah bertanya. Jika anda punya pertanyaan jangan disimpan di hati, ungkapkan. Tanyakan kepada karyawan toko yang melayani anda.

Ketika saya kuliah dulu, saya mengambil mata kuliah khusus selama dua semester terkait dengan pendidikan konsumen.  Saya lupa judul persisnya, yang pasti saya belajar mengenai konsumen dari perspektif pengusaha, dan perspektif konsumen sebagai individu.  Dalam perspektif bisnis,  konsumen adalah target yang harus dirangkul dan dipertahankan. Konsumen adalah tambang emas dan keuntungan.  Orang karena itu konsumen harus nyaman dan puas dengan produk dan pelayanan yang kita tawarkan. Sedangkan konsumen sebagai individu, dimana saya dan juga dosen saya adalah konsumen, kita dituntut untuk kritis dan teliti. Banyak ilmu yang saya pelajari pada waktu itu, namun tidak cukup membuat saya menjadi konsumen yang pintar.  Baru satu tahun belakangan ini saya menjadi sadar dan mulai menjadi konsumen yang kritis.

Saya mempunyai beberapa contoh kecil yang menarik untuk diceritakan. Dan semoga anda yang kebetulan membaca ini bisa memetik pelajaran dari sini.

Dulu saya dengan teman saya sering ngopi di J.Co Donuts and Coffee. Sebagai penggemar kopi, tentu saja saya selalu memesan kopi. Saya jarang memesan Donut. Bagi saya satu gelas kopi sudah cukup.

Meski saya hanya memesan segelas kopi  saya selalu mendapatkan sepotong donut. Berkali-kali saya nongkrong di J.Co saya selalu mendapatkan hal yang sama. Satu cangkir kopi dan satu potong Donut gratis. Kemudian saya beralih ngopi di Starbucks karena teman ngopi saya yang lain lebih suka ngopi di Starbucks dari pada di J.CO. Hingga 2 hari yang lalu, teman saya yang biasa ngajak nongkrong di J.Co kembali menghubungi saya dan mengajak  ngopi di J.Co Pejaten Village. Karena saya harus membeli beberapa buku, maka kita memutuskan pergi ke Gramedia terlebih dahulu, baru setelah itu minum kopi.

Ternyata karena keasyikan di Gramedia tak terasa waktu sudah beranjak malam. Jam ditangan saya menunjukan pukul 21.30 malam. Saya dan teman saya segera bergegas ke J.CO. saya membelikan secangkir coklat panas untuk teman saya dan satu kopi mint panas untuk saya. Saya menunggu 15 menit, dan ketika saya mengambil minuman, saya tidak diberikan donut gratis seperti biasanya. Saya teringat hak saya sebagai konsumen.  Tidak ada salahnya untuk bertanya. Dan sayapun menanyakan kepada karyawan J.Co, donut gratis saya mana? seharusnya saya mendapatkan 2 potong karena saya memesan 2 gelas minuman. Mas tersebut segera minta maaf dan menjelaskan kalau donut-nya sudah habis. Namun salah seorang temannya yang mendengar percakapan saya dengan karyawan tersebut, segera meralat, dan bilang kalau donutnya masih ada. Dia meminta saya menunggu, dan setelah 5 menit saya memperoleh Donut saya. Saya tersenyum puas ketika mendapatkan Donut tersebut. Ini bukan masalah Donut. Ini adalah masalah hak saya sebagai konsumen. Jika donutnya benaran habis saya tidak akan komplain. Saya juga menyadari kesalahan saya karena datang disaat mereka sudah akan tutup. Namun sebagai konsumen saya berhak memperoleh penjelasan. Dan ternyata saya mendapatkan lebih dari penjelasan, saya mendapatkan donut saya malam itu.

Cerita kedua adalah ketika saya makan dengan dua orang teman saya di salah satu restoran di lantai dasar Pejaten Village. Mereka menuliskan promo pada sebuah kertas yang ditempel di Meja. Jika belanja seharga minimal 100 ribu akan mendapatkan satu kaleng Coca Cola gratis, dan tidak berlaku untuk kelipatan. Kita makan bertiga, dan nilai transaksi kita dipastikan lebih dari 150 ribu. Setelah makanan kami bertiga habis, jus  saya juga sudah habis, sayapun memanggil karyawan restoran tersebut dan memesan secangkir teh, dan tidak sengaja mata saya tertumbuk pada kertas promo, sayapun menanyakan apakah saya berhak untuk mendapatkan satu kaleng cocacola? karena nilai belanja kami lebih dari 150 ribu . Dia bilang dia akan melihat nilai tagihan kita terlebih dahulu, tak lama kemudian mba tersebut kembali dengan dua kaleng Coca Cola, Saya merasa hanya berhak untuk mendapatkan satu kaleng (karena bonus tidak berlaku kelipatan, saya juga yakin kalau nilai transaksi kita kurang dari 200 ribu) dan sayapun bertanya ke mba tersebut, bukankah kita hanya berhak mendapatkan satu kaleng gratis? dia tersenyum, tidak apa-apa, kami ingin mengasih dua katanya ramah. Saya membalas tersenyum sambil mengucapkan terimakasih. Pelajaran yang saya petik? bertanya itu ternyata banyak manfaatnya. jadi jangan sungkan untuk bertanya karena bisa jadi anda akan mendapatkan dua kaleng Coca Cola dan dua potong donut gratis seperti saya.

The Power Within You


Belakangan ini saya menyadari beberapa hal bahwasanya kitalah yang harus kita percaya untuk bisa bangkit dari keterpurukan hidup.  Jangan tergantung kepada orang lain, jangan bergantung pada keluarga, jangan bergantung pada teman, tetapi bergantunglah pada diri sendiri.  Kekuatan terbesar ada pada diri kita.  Jadi jangan mencarinya ‘keluar’, karna anda akan kecewa jika tidak menemukannya. Jika anda religius, anda juga bisa percaya kepada tuhan anda. Memohon kekuatan dan petunjuk dari diri-Nya.

Semua orang, atau mungkin hanya sebagian besar orang, pernah mengalami masa sulit dalam hidupnya.  Hidup tidak selalu berjalan mulus dan indah.  Hidup juga bukan seperti cerita dongeng yang berakhir dengan happy ending, hidup adalah hidup.  Anda menjalaninya dan jangan pernah menyerah. Jangan pernah juga membandingkan diri anda dengan orang yang memiliki kehidupan yang anda anggap sempurna.  Semua orang memiliki jalan yang berbeda, dan anda tidak harus memperhatikan hidup mereka.  Fokuslah pada diri anda.  Fokuslah pada masalah anda, dan yakinlah anda akan melalui beratnya cobaan hidup tersebut.

Tetapi kadang, anda tidak bisa langsung mengidentifikasi kekuatan pada diri anda.  Anda merasa bingung dan tidak tahu harus mulai dari mana untuk bisa keluar dari permasalahan hidup anda. Jika anda dihadapkan pada situasi seperti ini maka inilah langkah awal yang harus anda lakukan.

Bicarakan masalah anda dengan teman atau orang yang dapat anda percaya

Menyimpan beban dan permasalahan sendiri hanya akan menyiksa anda.  Lebih menyiksa lagi karena anda tidak bisa berbagi mengenai perasaan sedih yang anda rasakan.  Anda tidak bisa mendapatkan masukan atau second opinion mengenai jalan keluar yang akan anda tempuh. Oleh karena itu maka ada baiknya anda berbicara dengan sahabat atau orang yang dapat anda percaya. Anda bisa bicara dengan kakak, ibu, ayah, atau siapa saja yang anda yakin kalau orang tersebut tidak akan mengumbar cerita anda kepada orang lain.  Atau anda bisa pergi ke terapis untuk berkonsultansi. Psikolog adalah tenaga profesional, dan mereka akan menjamin kerahasiaan data client-nya.

Selama ini saya menyimpan masalah saya sendiri, saya tidak suka bercerita menyenai perasaan saya.  Saya tidak ingin mendapatkan simpati atau perasaan kasihan dari orang lain.  Tetapi yang terjadi adalah saya menganggap orang tidak mengerti saya, saya menganggap dunia tidak mengerti saya.  Saya menjadi terganggu karena perasaan yang bercampur aduk di kepala saya yang tidak bisa saya selesaikan.  Namun ketika dua tahun lalu saya dihadapkan pada suatu permasalahan besar. Ya, masalah serius, yang saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya tertekan, saya sedih, saya kecewa, berbagai perasaan yang saya rasakan pada saat itu.  Banyak orang yang jika dihadapkan pada situasi saya saat itu mungkin akan terjerumus untuk menggunakan obat-obatan atau apapun yang bisa membuat perasaan lebih baik namun akan mereka sesali di kemudian hari.   Untungnya saya punya seorang teman untuk berbagi.

Saya mencurahkan apa yang saya rasakan pada teman tersebut, hal yang menurut saya tidak pernah bisa saya lakukan, tetapi saya belajar untuk percaya bahwa teman saya tersebut adalah orang yang bisa dipercaya, saya butuh di dengar, saya butuh mencurahkan dan menumpahkan apa yang saya rasakan.

Benar, saya merasa jauh lebih baik, bahkan sangat baik.  Setelah saya menceritakan apa yang saya hadapi dan apa yang saya rasakan.  Serasa beban 20 ton menguap dibawa angin.  Saya merasa ringan dan lebih baik.  Sahabat saya tersebut tentunya tidak bisa menyelesaikan permasalahan besar yang saya ceritakan. Dibutuhkan tenaga ahli/ profesional dan juga biaya yang besar. Namun ketika dia ada didekat saya saya menjadi lebih baik.  Dia membantu saya untuk berfikiran jernih dan menjadi teman diskusi saya untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Percaya pada diri anda dan kekuatan anda

Ini adalah kunci yang paling penting. Apapun yang anda hadapi akan berakhir dan terlesaikan dengan baik jika anda percaya pada diri anda.  Anda percaya bahwa apapun yang anda lakukan, jalan apapun yang anda tempuh, adalah resiko anda sendiri. Anda memiliki dua  kemungkinan, pertama anda berhasil, kedua, anda gagal.  Namun anda tidak akan pernah tahu kalau anda bisa berhasil jika anda tidak mencoba. Jikalaupun anda gagal, akan selalu ada kesempatan kedua. Anda bisa mencoba lagi. Jadi jangan pernah takut. Percaya pada diri anda. Percaya pada kekuatan anda. Adalah anda yang lebih tahu mana yang terbaik bagi anda, bukan orang lain.  Jika anda tergantung pada orang lain, jika anda selalu meminta pembenaran atas setiap tindakan yang anda lakukan maka anda tidak akan pernah menyelesaikan permasalahan anda, malah sebaliknya, anda akan selalu ‘bermasalah’ dalam hidup.

Setiap orang selalu melakukan apa yang dia anggap benar, namun kebenaran tersebut sendiri akan berbeda untuk setiap orang. Misal, anda disuruh untuk sekolah kedokteran oleh orang tua anda, tetapi anda lebih menyukai musik atau jurusan seni. Anda ingin belajar seni, hal ini anda anggap hal yang tepat dan yang benar untuk dilakukan. Namun orang tua anda tidak mau mendengar. Anda mencoba mengutarakan perasaan dan mimpi anda, namun hal tersebut hanya memicu pertengkaran dengan orang tua anda.  Mereka memberikan anda ultimatim, patuhi saran mereka, atau anda bisa menjalani hidup yang anda inginkan tapi tanpa bantuan dari mereka. Anda gamang. Anda ingin mengikuti kata hati , namun anda juga tidak berani dengan resiko yang akan anda hadapi kedepan. Bagaimana jika orang tua anda tidak memberikan dukungan finansial kepada anda? bagaimana jika mereka tidak memberikan uang bulanan, bagaimana jika mereka membenci anda. Namun jika saran mereka untuk bersekolah di fakultas kedokteran anda ikuti, hidup anda akan membosankan dan menyedihkan. Anda hanya menjalani hidup namun tidak akan pernah bisa menikmatinya. Dan jika anda gagal, anda akan menyalahkan orang tua anda. Bahkan jika suatu saat anda lulus menjadi dokterpun, belum tentu hati anda akan tenang, panggilan hati anda untuk menjadi pemusik atau seniman akan selalu menggoda anda. Apapun keputusan yang anda buat, ingat bahwa anda harus percaya dengan diri dan kekuatan anda.  Jadi anda tidak akan pernah menyesal.

Adil semenjak dari fikiran


Saya suka dengan perkataan Jan Marais dalam buku Bumi Manusia “Seorang terpelajar harus berlaku adil sudah sejak dalam fikiran, apalagi dalam perbuatan”

Akhirnya saya menyelesaikan juga membaca buku ‘Bumi Manusia’. Nasionalisme saya menjadi bangkit. Saya tidak bisa menjelaskan perasaan saya setelah membaca buku tersebut. Seandainya saya sudah kenal buku itu ksemenjak saya duduk di Bangku SMP atau SMA maka saya akan lebih khusuk dan hikmat dalam mengikuti upacaya Bendera. Saya tidak akan mencari alasan untuk bolos upacara. Buku tersebut membuat saya semakin mencintai bangsa ini. Saya jadi menghargai kulit saya yang berwarna coklat. Terus terang dulu saya sempat iri dengan bangsa kulit putih. Mereka bisa pergi kemanapun di muka bumi ini dan selalu mendapatkan perlakuan terbaik dan dianggap sebagai ras unggul.

Teman saya ketika belanja di sebuah pasar kerajinan di Thailand, merasa didiskriminasikan karna dia kulit berwarna, anehnya yang mendiskriminasikan juga orang kulit berwarna. Dia belanja kerajinan perak di salah satu toko, namun pelayan penjaga toko melayani dia dengan setengah hati. Dia beranjak malas-malasan mengambilkan barang yang ditunjuk oleh teman saya, dia di dalam fikirannya menilai kalau teman saya tidak mampu membeli produknya, memang harganya tidak murah.

Ketika segerombolan turis kulit putih datang, dia dengan semangat dan senyum super ramah segera berlari ke depan pintu, meninggalkan teman saya, dan menghampiri bangsa kulit putih tersebut. Dengan senyum dan perlakuan yang super ramah, dia menjawab semua pertanyaan dan dia bergegas mengambilkan semua jenis barang yang ditunjuk oleh turis kulit putih tersebut. Turis tersebut mengamati barang-barang yang diunjukan kepadanya, dan tanpa membeli satu barangpun ia pergi meninggalkan toko. Barulah si pemiliki toko menghampiri teman saya.

Teman saya dari awal memang berniat membelikan cincin dan juga kalung untuk adek dan nyokapnya. Sebenarnya dia sakit hati dengan perlakuan pemilik toko tadi, sungguh tidak sopan, namun dia mencoba berfikiran positif, bisa jadi  selama ini kecendrungannya memang turis kulit putih membeli lebih banyak dan lebih royal.  Jadi dia memutuskan untuk tetap belanja di toko tersebut dan memaafkan penjaga toko tersebut.  Dengan senyuman, dia bilang kepada pimilik toko tersebut kalau dia mau membeli kalung dan cincin, total nilai transaksi teman saya di Toko tersebut cukup besar. Pemiliki toko seakan menyadari kesalahannya, menyalami, dan membungkuk hormat ketika teman saya meninggalkan toko tersebut.

Kejadian tersebut tidak hanya terjadi di Thailand. Kejadian yang sama sering terjadi di Negara kita. Sebagai contoh, Bali.  Sudah menjadi rahasia umum (sesama turis domestik) kalau di Bali turis kulit putih diperlakukan lebih baik dari pada turis domestik (pada umumnya, tidak selalu lho). Pengalaman  buruk saya sendiri adalah sebagai berikut: Saya diajak makan malam oleh teman saya, bangsa kulit putih berkewarganegaraan Australia, dia sudah tinggal di Bali selama satu tahun, karena teman kulit putih saya bilang dia membawa teman, dia menganjurkan saya juga mengajak teman. Sayapun membawa 2 orang teman. Ketika di Jimbaran, teman saya si kulit putih minta sendok dan garpu, yang dengan cepat dan ramah langsung dibawakan oleh pemilik warung tersebut. Kemudian teman saya, si kulit putih kembali meminta kobokan. Si pemilik toko tidak mendengar,  si kulit putih kembali meminta kobokan, mungkin karena banyak pelanggan yang harus dia layani pemiliki toko masih tidak mendengar,  teman saya si kulit berwarna, membantu memanggil pemilik restoran tersebut. Kemudian si pemilik restoran datang membawakan 5 kobokan, ketika dia meletakan kobokan di meja, dia mendekatkan wajahnya ke teman saya sambil membisikan kalimat sebagai berikut “alah, mentang pergi dengan bule kalian belagu, biasanya makan juga tidak cuci tangan” katanya sambil berlalu pergi. Kawan saya terkejut dan kesal, dia ingin berteriak, namun sebagai orang yang berpendidikan dia menahannya. Teman saya kulit berwarna pernah tinggal 10 tahun di Amerika, egonya terluka dengan perkataan pelayan restoran tersebut.  Namun dia memilih untuk memaafkan.

Jika anda meminta saya untuk menceritakan kejadian lain, saya bisa menceritakan 10 atau 20 cerita bernada sama. Cerita tersebut berasal dari kejadian yang pernah saya alami sendiri. Sering bangsa kulit putih menganggap mereka lebih unggul dan superior dari pada bangsa kulit berwarna. Saya pernah mengalami kejadian dimana saya dianggap tidak lebih tahu dari bangsa kulit putih untuk suatu bidang dan pekerjaan yang saya kenal dengan baik.

Saya akan menegaskan bahwa tidak semua bangsa kulit putih arogan dan sombong. Ada juga yang baik, rendah hati, dan menghargai bangsa lain meskipun bukan berkulit putih. Beberapa orang bangsa kulit putih yang saya kenal malah berbudi, bertutur kata dan bertingkah laku lebih baik dari orang Indonesia pada umumnya. Saya tidak akan menjeneralisir. Intinya kadang kita akan menemui situasi yang tidak menyenangkan seperti diatas.  Situasi sekarang masih lebih baik dari pada menjadi kulit berwarna dan pribumi seperti dalam cerita Bumi Manusia. Pribumi (Indonesia asli) adalah bangsa yang paling rendah, dan nilainya lebih rendah dari pada kulit putih belanda, dan indo pada zaman penjajahan belanda dulu.

Tetapi  jika kita jujur sebenarnya situasi dulu dengan sekarang tidak jauh berbeda. Lihat saja artis kita banyak didominasi oleh Indo. Kita punya Cinta Laura serta sederet artis pria dan wanita yang merupakan hasil perkawinan campur dengan “ras unggul”. Mereka yang berkulit putih dan berhidung mancung dianggap lebih “keren” dari pada “pribumi” dan adalah kita sendiri yang meletakkan mereka di posisi nomor satu . Kita sendiri yang meletakkan kita diposisi dibawah mereka. Ingatlah kalau berlaku adil itu harus dimulai dari fikiran. Jangan kita menganggap kalau kita sendiri lebih rendah.

Dari buku Bumi Manusia, saya memahami satu hal, bahwa, warna kulit tidak akan bisa diganti, jika anda terlahir berkulit coklat maka anda tidak bisa berharap  menjadi berkulit putih, berhidung mancung, dan bermata biru. Michael Jackson sudah pernah mencobanya, dia berusaha mengganti warna kulit hitamnya, namun tidak berhasil. Dunia tetap menganggap kalau dia bukan berkulit putih meskipun dia sudah menjalani operasi plastik.

Meskipun bukan berkulit putih, Anda bisa membuat orang menghormati anda karena pengetahuan dan wawasan anda. Sudah banyak contohnya, misal Amartya Sen, adalah professor Harvard, Ekonom dunia yang berasal dari India. Dia memperoleh Nobel di Bidang Ekonomi pada tahun 1998. Dunia mengakui pemikirannya, dia berdiri sejajar dengan kulit putih lainnya. Amartya Sen bersekolah SD sampai SMA di India, baru setelah lulus SMA dia keluar negri untuk meneruskan sekolahnya.  Sama halnya Minke  tokoh utama dalam bumi manusia, ia juga tidak memiliki darah Belanda, namun dia fasih berbahasa Belanda, sehingga dia disegani pada masa itu. Demikian juga halnya Nyai Ontosoroh, Nyai Ontosoroh berhasil mencuri perhatian banyak orang karena kecerdasannya, meskipun dia tidak bersekolah formal dan hanya seorang ‘Nyai’ dan ‘Pribumi’.  Jangan hakimi anda atau orang lain. Adilah semenjak dari pikiran.

Blog Walking


Malam ini saya senang karena baru berjumpa dan makan malam dengan kawan lama. Setelah makan kenyang kita berjalan kaki menikmati suasana malam Jakarta, dan setelah itu mampir ke Starbucks menikmati kopi dingin. Setiba dirumah saya berniat untuk mandi. Namun karena masih malas, saya akhirnya memutuskan untuk “blog walking”.

Ternyata blog walking adalah menyenangkan juga. Banyak orang Indonesia yang suka menulis: tulisan dengan bahasa sederhana, tentang keseharian, tentang pengalaman jalan-jalan ke suatu tempat, tentang pengalaman hidup di luar negri, dan tentang banyak hal lainnya. Saya adalah orang yang percaya dengan manfaat positif dari Internet. Baik dan buruk tergantung dari orang yang memegang senjata. Jika Internet kita umpamakan sebagai sebuah senjata maka Internet adalah senjata yang sangat ampuh. Ketika saya SMA kelas 2 saya sudah mengenal Internet, namun Internet pada zaman saya SMA dulu masih terbilang baru, biayanya masih mahal, dan aksesnya terbatas.

Mencari informasi dengan Internet pada saat itu masih belum mengasikkan. Koneksi Internet lemot banget dan banyak virus. Pada saat itu saya belum mengenal google dan kalau tidak salah google juga belum ada. Jika saya ingin mencari Informasi maka search engine yang saya gunakan adalah yahoo. Email saya pada waktu itu juga menggunakan yahoo. Untuk chatting belum ada Skype, belum ada Gmail talk, saya juga belum familiar dengan YM, saya menggunakan MIRC pada waktu itu. Teman saya yang memiliki email sangat terbatas. Dan banyak kalau email provider pada saat itu belum gratis. Yahoo menyediakan alamat email gratis, namun jika tidak dibuka lebih dari 3 bulan maka alamat email tersebut akan hangus. Mozilla juga belum ada, saya menggunakan Internet Explorer pada saat itu. Facebook tentunya belum ada. Multiply, WordPress, Blogspot juga belum ada.

Sebelum ada blog, saya hanya mengetahui kehidupan orang lain dari Novel dan karya sastra yang saya baca. Dan kehidupan tokoh pada cerita tersebut adalah hasil lamunan dan imaginasi dari pengarang, tidak nyata. Saya hanya tahu kehidupan saya, teman saya, dan tetangga saya. Saya tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh orang lain pada seusia saya. Namun saat ini kita bisa mengetahui banyak hal. Akses terhadap informasi lebih cepat dan Informasi lebih murah. Dengan menggunakan mesin pencari google anda menemukan informasi yang anda butuhkan. Dengan adanya blog semakin memperkaya informasi dan mempermudah penyebarannya. Banyak orang yang menuliskan pengalaman pribadinya dengan niat berbagi sehingga orang bisa belajar dari pengalaman tersebut. Semoga dengan cara ini bangsa Indonesia, khususnya generasi muda kedepan menjadi semakin pintar. Semoga Indonesia bisa menjadi lebih maju.

Ahh.. Ngga penting


Saya jarang mengaktifkan yahoo messenger dan kemarin ketika saya online saya bertemu dengan salah seorang teman. Teman baru yang saya jumpai di Surabaya, namun sudah lama tidak berkirim kabar.

Pembicaraan melalui YM kemarin begitu singkat, namun dari pembicaraan itu, saya diingatkan dan saya belajar akan satu hal. Bahwa sesuatu yang kita anggap tidak penting bisa menjadi penting. Percakapan itu berawal ketika saya bercerita kalau belakangan kesibukan saya lebih banyak menulis. Saya bilang kalau tidak ada dari tulisan tersebut yang penting dan berharga.

Mungkin benar, bahwa sesuatu yang kita anggap tidak penting mungkin suatu saat nanti bisa menjadi penting. Atau sesuatu yang kita anggap penting dilain waktu tidak lagi menjadi penting. Saya selalu disibukan dengan deretan rencana kegiatan yang harus saya kerjakan. Saya menganggap kalau ‘rencana-rencana’ adalah agenda penting yang harus saya kerjakan. Saya terperangkap dalam rutinitas dan juga target-target yang harus saya capai. Namun ketika akhirnya saya merasa bosan dan lelah, saya merasa semua yang saya kerjakan selama ini tidak lagi menjadi penting. Ketika saya mulai kehilangan teman karena kesibukan saya, saya jadi berfikir ulang mengenai prioritas hidup, dan juga arti penting dan tidak penting dalam hidup ini.

Ketika jumat sore, saya dihubungi oleh seorang sahabat yang kebetulan lagi berkunjung ke Jakarta mengajak makan malam bersama. Bagi saya, dia lebih penting dari pada kerjaan yang saya kerjakan pada saat itu. Saya setuju untuk bertemu jam 5 sore didaerah Menteng, sedangkan saya tinggal di daerah Kemang, ini artinya, saya harus pulang lebih cepat, sehingga saya datang tepat waktu untuk bertemu dengannya. Sahabat yang akan saya temui tersebut adalah sosok penting bagi saya. Dia selalu ada ketika saya membutuhkan. Dan sekarang saya yakin kalau dia membutuhkan saya. Dia di Jakarta sedang menjalani pengobatan. Dia butuh teman berbagi. Meskipun pada saat itu macet, dan ke Menteng bukan jarak yang dekat, saya tetap melaju dengan ojek ke Pejaten Vilalge disambung taksi ke Menteng. Naik ojek adalah cara saya untuk menghinari kemacetan di daerah kemang dan pejaten. Sedangkan di warung buncit jalanan kosong dan lega sehingga taksi bisa melaju dengan kencang.

Ketika saya tiba, di taman menteng, di Star Bucks seperti yang sudah kita sepakati, dia tidak ada. Saya menghubungi ke HP-nya, HP tersebut tidak aktif. Saya menghubungi ke nomor HP satu lagi, ada nada masuk, tetapi tidak diangkat. Pada waktu itu saya berpuasa, ketika sudah waktu buka, dia masih belum datang, dan saya masih belum bisa menghubunginya. Saya duduk sendiri, dengan secangkir kopi, sepotong pastel, dan sambil berfikir apa yang harus saya lakukan selanjutnya. Apa yang terjadi dengan sahabat saya. Saya tidak berburuk sangka. Dia tidak mungkin lupa dengan janjinya, dia pasti hanya lelah dan jatuh tertidur. Ya dia pasti ketiduran. Saya duduk di kursi luar, dekat pintu masuk. Mata saya memperhatikan orang-orang yang keluar masuk. Tidak banyak pengunjung Star Bucks sore itu. Masuk akal, hanya orang bodoh yang mau berbuka puasa disini. Siapa juga yang akan berbuka dengan segelas kopi sementara banyak makanan lezat diluar sana. Kita juga tidak berencana makan disini. Rencananya kita hanya disini sebentar dan akan mencari makan di warung tenda yang tidak jauh dari sini. Lezatnya nasi goreng gila sudah terbayang di pelupuk mata.

Meja bagian luar kosong, sepi, hanya ada aku dan satu pria yang sibuk bermain HP di bagian pojok kiri. Ketika sudah menunjukan pukul 7 malam, ada serombongan laki-laki, duduk tidak jauh dari meja saya. Mereka merekok. Saya enggan pindah, dan sedang bingung antara memilih menunggu atau memutuskan pulang. Jika orang yang akan saya temui ini bukan orang yang saya anggap penting, saya pasti sudah pulang. Namun dia adalah sahabat dan kawan baik, sehingga menunggu dia bagi layak untuk dilakukan. Saya mencoba menelfon lagi, dan mengirimkan sms. Ketika jarum jam menunjukan pukul 7.10, HP saya berbunyi. Dan syukurlah itu dia. Saya menjawab dengan suara kesal yang kemudian saya sesali. Dia bilang kalau dia ketiduran. Dan dia minta tunggu 5 menit untuk segera menuju ke tempat saya berada. Dia muncul di menit ke 10, dengan wajah penuh penyesalan. Saya tidak berhak marah, karena keterlambatan dia adalah ketidaksengajaan. Kita tidak membahas itu lagi, kita beranjak ganti tempat untuk mencari makan.

Penantian panjang itu berakhir menyenangkan. Kita makan nasi goreng gila, siomay, berbagai macam jus, dan ada mendengarkan lagu Halo- Lionel Richie, dan lagu Julio Inglesias yang dinyanyikan sangat baik oleh satu grup pengamen dikawasan tempat makan tersebut. Setelah kenyang, kita pindah ke J-Co untuk mencari makanan penutup, secangkir yoghurt. Dulu kita selalu keluar bersama, namun sekarang karena jarak kita tidak pernah lagi makan dan jalan seperti malam itu. Dia lebih pendiam, dan lebih dewasa. Tidak riang seperti biasanya. Wajahnya menyimpan banyak masalah, dia tidak bercerita, dan saya tahu kalau itu artinya dia bisa mengatasinya. Bagaimana dengan anda, apa yang anda anggap penting dalam hidup anda?